1. Lokasi
Candi Karangbesuki (06 April 2007) |
2. Penjangkauan
Situs Candi Karangbesuki dapat di jangkau melalui
beberapa rute:
- Dari Terminal Arjosari pengunjung naik kendaraan umum (MPU) dengan rute Arjosari-Tidar (AT). Turun di tujuan terakhir yaitu Tidar (100m dari Candi Badut) kemudian berjalan atau naik ojek sekitar 500m kearah Utara dari Candi Badut, maka sampailah di situs Candi Karangbesuki.
- Dari Terminal Hamit Rusdi dan Gadang pengunjung naik kendaraan umum (MPU) dengan rute Gadang-Mergan-Landungsari (GML) kemudian turun di Jalan Raya Tidar, naik MPU AT sampai tujuan akhir. Kemudian berjalan atau naik ojek sekitar 500m kearah Utara dari Candi Badut, maka sampailah di situs Candi Karangbesuki.
- Dari Terminal Landungsari pengunjung naik kendaraan umum (MPU) dengan rute Gadang-Mergan-Landungsari (GML) kemudian turun di Jalan Raya Tidar, naik MPU AT sampai tujuan akhir. Kemudian berjalan atau naik ojek sekitar 500m kearah Utara dari Candi Badut, maka sampailah di situs Candi Karangbesuki.
3. Temuan
a. Pondasi Bangunan Candi
Kondisinya sekarang sangat mengenaskan,
tinggal pondasinya saja di area pekuburan desa Karangbesuki. Pada waktu
penggalian untuk pemakaman, masyarakat biasa menemukan serpihan-serpihan batu
bata dan batu-batu andesit berukir. Dari bentuk ukiran pada batu-batu tersebut
didapatkan bentuk yang serupa dengan Candi Badut.
b. Arca Ghanesa
Arca Ganesha, putra dewa Civa dengan dewi
Uma Parwati. Digambarkan Bertubuh manusia berperut buncit namun berkepala
seekor Gajah. Tangan ada empat membawa aksamala, kapak, mangkuk tengkorak, dan
salah satu mangkuk tengkorak dihisap oleh belalainya. Ganesha adalah dewa ilmu
pengetahuan yang dilambangkan perutnya yang buncit (lambodhara). Juga
sebagai Dewa penghancur rintangan (wigneswara).
c. Arca Rsy Agastya
Arca Rsy Agastya Candi Karangbesuki (13 Pebruari 2009) |
Di situs Candi Karangbesuki,
ditemukan arca tokoh Rsy, Arca ini dahulu ditempatkan di dalam punden
makam di bawah pohon beringin. Karena bencana angin dahan pohon beringin
tersebut putus dan menimpa punden makam. Arcanya kemudian diamankan dan dirawat
oleh pihak SDN Karangbesuki 3 (Suwardono dkk, 1996: 7). Oleh pemerintah kota
Malang, akhirnya sekarang disimpan di dalam BP3 Mpu Purwa Kota Malang.
Ciri dari tokoh ini adalah orang tua
berjenggot runcing, perut ramping, bertangan dua, sebelah kanan membawa tricula
dan sebelah kiri telah putus. Dari tangan sebelah kiri yang sikapnya agak
diturunkan kebawah, maka dapat disimpulkan, bahwa patahan pergelangan tangan
arca ini membawa sebuah kamandalu. Kemungkinan arca ini adalah tokoh Rsy Agastya yang mirip temuan di Candi
Deogarh dan Travancore yang berasal dari masa Gupta dinasti Maurya, India. Di sana
terdapat arca Agastya namun memiliki bentuk tubuh yang ramping tidak buncit
seperti umumnya di candi-candi Jawa. Di Indonesia, Dalam ”Oudheidkundige
Verslag 1923” (bijlage K) kita menemukan bahwa gambar-gambar koleksi sriwedari,
tokoh No. A, yang oleh Bosch diberinama Maitreya. Tokoh ini juga, menurut
pandangan kami jelas sekali seorang Agastya; kumis dan janggut runcing , dan
juga terlihat kendi di tangan kiri yang diletakkan rendah. Bentuk arca ini juga
normal (tanpa perut buncit); juga tidak terdapat yajnopawita (Poerbatjaraka,
1992: 134-135).
Poerbatjaraka. 1926. Agastya in den Archipel. Seri terjemahan KITLV-LIPI (1992).
Jakarta: Yayasan Obor.
Suwardono dkk. 1996. Monografi Sejarah
Kota Malang. Malang: Sigma Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar