Volcano = Gunung Api
Gunung Semeru dari Cuban Rais |
Gunung
Api adalah tempat atau bukaan
darimana batuan kental pijar atau gas, dan umumnya kedua-duanya, keluar dari
dalam bumi ke permukaan, dan bahan batuan yang mengumpul di sekeliling bukaan
itu membentuk bukit atau gunung. Tempat atau bukaan yang dimaksud di sini adalah kawah, bila diameternya kurang dari 2000 meter, atau disebut kaldera bila diameternya lebih besar
atau sama dengan 2000 meter (Menurut
Macdonald dalam Sutikno Bronto, 2001).
Neumann van Padang (1951) dalam Sutikno
Bronto (2001) menyatakan bahwa gunungapi termasuk lapangan solfatara dan
fumarola di Indonesia berjumlah 128 buah. Mengacu pembagian menurut Neumann van
Padang (1951) maka gunungapi aktif di Indonesia dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu:
1. Gunungapi aktif tipe A, yaitu gunung api
yang kegiatannya atau letusannya tercatat dalam sejarah sejak tahun 1600.
Sebagai contoh G. Merapi di Jawa Tengah, G. Semeru di Jawa Timur dan G.
Krakatau di selat Sunda.
2. Gunungapi aktif tipe B, adalah gunungapi
yang kegiatannya terjadi pada masa prasejarah atau sebelum tahun 1600.
Penentuan sebagai gunungapi disini berdasarkan bentuk tubuh gunungapi yang
umumnya berupa kerucut komposit dan kenampakan kegiatan magma di permukaan
bumi. Sebagai contoh adalah G. Lawu pada perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur dan
G. Ungaran Jawa Tengah.
3. Gunungapi aktif tipe C, adalah gunungapi
yang merupakan lapangan panas bumi, yaitu munculnya gas-gas gunungapi, mata air
panas, bualan lumpur panas, lapangan alterasi hidrotermal dan lain-lain.
Gunungapi aktif tipe C ini bentuk tubuhnya yang berupa kerucut komposit sudah
tidak nampak lagi. Contoh gunungapi aktif tipe C adalah lapangan panas bumi
Kamojang di jawa Barat.
Di Indonesia, catatan sejarah tertua pada letusan
G. Kelut di Jawa Timur, yaitu pada tahun 1000, 1311 dan 1334. Kegiatan sejarah
gunungapi yang lain dimulai pada abad ke 16, misal G. Merapi (1548) di Jawa
Tengah, G. Raung (1586) di Jawa Timur dan G. Gamalama (1538) di P. Ternate,
Halmahera (Sutikno Bronto, 2001). Letusan atau erupsi gunungapi adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi ke
permukaan. Berdasarkan proses erupsi pembentukan awan panas dapat dipisahkan
menjadi awan panas Tipe Pelee, awan panas Tipe St. Vincent dan awan panas Tipe
Merapi (Sutikno Bronto, 2001).
Kawah Gunung Bromo (12 Juli 2008) |
Pada Tipe Pelee (Pelean Type), erupsinya sangat
kuat karena magma sangat kental, tekanan gasnya tinggi dan dapur magma dalam. Termasuk
dalam tipe ini adalah G. Krakatau yang letusan pada tahun 1883 menghasilkan
gelombang laut setinggi 30 meter, memuntahkan abu panas setinggi 80 km sehingga
3 hari lamanya gelap dan selama setahun hanya 80% radiasi matahari yang sampai
di permukaan bumi. Letusannya terdengar sampai Australia yang berjarak 2.000
km. Jumlah korban diperkirakan 36.000 orang, gelombang laut yang dihasilkan
mampu menghempaskan perahu ssejauh 3 km ke daratan. Sedikit lebih lemah dalam
tipe ini adalah G. Kelud dengan tekanan gas sedang dan dapur magma agak dalam.
Letusan tahun 1919 menelan korban sekitar 5.000 orang, terutama karena arus
lumpur panas (lahar panas) yang menuruni lereng dengan cepat. Untuk mengurangi
bahaya yang ditimbulkan oleh lahar panas tersebut maka para ahli membuat
terowongan sebanyak 7 buah sebelum Perang Dunia II, mengutangi isi danau kawah
dari 38 juta m3 menjadi 1,8 juta m3 (JP. Burunda, tanpa
tahun)
Lahar Primer atau lahar letusan adalah lahar yang
terbentuk sebagai akibat terdorong dan meluapnya air danau kawah oleh magma
yang sedang naik ke atas dari dalam bumi ke permukaan pada saat terjadi
letusan. Air danau kawah bercampur dengan bahan magmatik membentuk lahar panas
yang mengalir melalui sungai-sungai yang berhulu di sekitar kawah gunungapi.
Volume air danau kawah yang besar dapat meredam suara letusan dan melarutkan
sebagian besar bahan letusan. Dengan demikian suara letusan dapat tidak
terdengar oleh penduduk yang bermukim di daerah hilir sungai. Selain itu karena
sebagian besar bahan magmatik larut bersama air kawah menjadi aliran lahar
letusan maka bahan piroklas yang dilontarkan ke udara sangat sedikit (Sutikno
Bronto, 2001).
Daftar Rujukan:
Sutikno Bronto. 2001. Vulkanologi. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan nasioanal
J.P. Buranda. Tanpa tahun. Geologi
Umum. Malang: UM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar