Kamis, 02 Februari 2012

Volcano = Gunung Api

Volcano = Gunung Api

Gunung Semeru dari Cuban Rais
Gunung Api adalah tempat atau bukaan darimana batuan kental pijar atau gas, dan umumnya kedua-duanya, keluar dari dalam bumi ke permukaan, dan bahan batuan yang mengumpul di sekeliling bukaan itu membentuk bukit atau gunung. Tempat atau bukaan yang dimaksud di sini adalah kawah, bila diameternya kurang dari 2000 meter, atau disebut kaldera bila diameternya lebih besar atau sama dengan 2000 meter (Menurut Macdonald dalam  Sutikno Bronto, 2001).
Neumann van Padang (1951) dalam Sutikno Bronto (2001) menyatakan bahwa gunungapi termasuk lapangan solfatara dan fumarola di Indonesia berjumlah 128 buah. Mengacu pembagian menurut Neumann van Padang (1951) maka gunungapi aktif di Indonesia dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1.      Gunungapi aktif tipe A, yaitu gunung api yang kegiatannya atau letusannya tercatat dalam sejarah sejak tahun 1600. Sebagai contoh G. Merapi di Jawa Tengah, G. Semeru di Jawa Timur dan G. Krakatau di selat Sunda.
2.      Gunungapi aktif tipe B, adalah gunungapi yang kegiatannya terjadi pada masa prasejarah atau sebelum tahun 1600. Penentuan sebagai gunungapi disini berdasarkan bentuk tubuh gunungapi yang umumnya berupa kerucut komposit dan kenampakan kegiatan magma di permukaan bumi. Sebagai contoh adalah G. Lawu pada perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur dan G. Ungaran Jawa Tengah.
3.      Gunungapi aktif tipe C, adalah gunungapi yang merupakan lapangan panas bumi, yaitu munculnya gas-gas gunungapi, mata air panas, bualan lumpur panas, lapangan alterasi hidrotermal dan lain-lain. Gunungapi aktif tipe C ini bentuk tubuhnya yang berupa kerucut komposit sudah tidak nampak lagi. Contoh gunungapi aktif tipe C adalah lapangan panas bumi Kamojang di jawa Barat.
Di Indonesia, catatan sejarah tertua pada letusan G. Kelut di Jawa Timur, yaitu pada tahun 1000, 1311 dan 1334. Kegiatan sejarah gunungapi yang lain dimulai pada abad ke 16, misal G. Merapi (1548) di Jawa Tengah, G. Raung (1586) di Jawa Timur dan G. Gamalama (1538) di P. Ternate, Halmahera (Sutikno Bronto, 2001). Letusan atau erupsi gunungapi adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan. Berdasarkan proses erupsi pembentukan awan panas dapat dipisahkan menjadi awan panas Tipe Pelee, awan panas Tipe St. Vincent dan awan panas Tipe Merapi (Sutikno Bronto, 2001).
Kawah Gunung Bromo (12 Juli 2008)
Pada Tipe Pelee (Pelean Type), erupsinya sangat kuat karena magma sangat kental, tekanan gasnya tinggi dan dapur magma dalam. Termasuk dalam tipe ini adalah G. Krakatau yang letusan pada tahun 1883 menghasilkan gelombang laut setinggi 30 meter, memuntahkan abu panas setinggi 80 km sehingga 3 hari lamanya gelap dan selama setahun hanya 80% radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi. Letusannya terdengar sampai Australia yang berjarak 2.000 km. Jumlah korban diperkirakan 36.000 orang, gelombang laut yang dihasilkan mampu menghempaskan perahu ssejauh 3 km ke daratan. Sedikit lebih lemah dalam tipe ini adalah G. Kelud dengan tekanan gas sedang dan dapur magma agak dalam. Letusan tahun 1919 menelan korban sekitar 5.000 orang, terutama karena arus lumpur panas (lahar panas) yang menuruni lereng dengan cepat. Untuk mengurangi bahaya yang ditimbulkan oleh lahar panas tersebut maka para ahli membuat terowongan sebanyak 7 buah sebelum Perang Dunia II, mengutangi isi danau kawah dari 38 juta m3 menjadi 1,8 juta m3 (JP. Burunda, tanpa tahun)
Lahar Primer atau lahar letusan adalah lahar yang terbentuk sebagai akibat terdorong dan meluapnya air danau kawah oleh magma yang sedang naik ke atas dari dalam bumi ke permukaan pada saat terjadi letusan. Air danau kawah bercampur dengan bahan magmatik membentuk lahar panas yang mengalir melalui sungai-sungai yang berhulu di sekitar kawah gunungapi. Volume air danau kawah yang besar dapat meredam suara letusan dan melarutkan sebagian besar bahan letusan. Dengan demikian suara letusan dapat tidak terdengar oleh penduduk yang bermukim di daerah hilir sungai. Selain itu karena sebagian besar bahan magmatik larut bersama air kawah menjadi aliran lahar letusan maka bahan piroklas yang dilontarkan ke udara sangat sedikit (Sutikno Bronto, 2001).

Daftar Rujukan:
Sutikno Bronto. 2001. Vulkanologi. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan nasioanal
J.P. Buranda. Tanpa tahun. Geologi Umum. Malang: UM Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar